Langsung ke konten utama

Writing by Heart

 KBMN 29

Pertemuan ke 26

Narasumber: Mutmainah, M.Pd

Moderator:Widya Arema


*Apa itu Writing by Heart?* 

Sejatinya menulis merupakan ketrampilan paling tinggi sehabis membaca serta berdialog.

Menulis dengan hati maksudnya peruntukan hati selaku inspirasi dikala menulis. Peruntukan hati selaku sumber buat mencerna ilham serta inspirasi yang di informasikan lewat tulisan.

Otak serta benak cumalah perlengkapan dari proses menulis yang bersumber dari hati tersebut.

Tulisan merupakan jiwa, tiap yang berjiwa tentu dapat menulis, tulisan dengan hati hendak hingga ke hati 








*Tips menulis dengan hati* 

1. Libatkan emosi. 

Emosi yang diartikan disini merupakan emosi yg positif ya....
Tulis apa saja yang kita rasakan, kita lihat, serta kita dengarkan. Tulis seluruhnya apa terdapatnya, tanpa butuh diedit terlebih dulu.

Bila kita menulis sembari mengedit tulisan kita tidak akan jadi.
Dikala menulis libatkan emosi kita. Beri warna serta rasa pada tulisan kita.
Dikala kita menuliskan tentang kesedihan gambarkan kesedihan itu. Gimana rasanya pilu, tulis saja semacam kita lagi berdialog curhat pada teman kita bila kita lagi pilu.

Dikala kita lagi marah sampaikan rasa amarah itu dalam kata kata. Sehingga seakan pembaca merasakan aura kemarahan kita. 


2. Libatkan panca indera. 

3 teman itu meringkuk ketakutan. Di tengah samudra biru, mereka terombang- ambing di atas kapal yang telah lubang situ sini. Tangan mereka terikat jaring dengan kokoh, sedangkan mulut kelu dalam gigil kedinginan.

Dari kejauhan sesosok makhluk yang besar terus menjadi mendekati mereka.
Makhluk itu sangat besar, tingginya melebihi tumbuhan kelapa. Tubuhnya sebesar gedung tingkatan 8. Surainya mencuat besar bercorak keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa yang mereka amati. Matanya yang merah menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan ekornya dengan kokoh.

Byuuuurrrr, mendadak air laut bergejolak setinggi 30 m. Pakaian mereka basah kuyup, rasa dingin bukan permasalahan terbanyak mereka. Tetapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu terus menjadi mendekati mereka. Satu ayunan sirip lagi, hendak datang dihadapan mereka. Ooh gimana nasib ketiga teman itu berikutnya?

Naah gimana dikala bpk/ bunda membaca paragraf ini. Pasti kita pula merasakan dingin, serta ketakutan semacam ketiga teman itu bukan. Peruntukan tulisan kita mempunyai rasa khawatir, bahagia, lewat memandang, mendengar, membau. Libatkan seluruh panca indera. 


3. Tulis sesuatu yang kita sukai. 

Kita sempat merasa jatuh cinta kan? Gimana kita menggambarkan orang yang kita gemari.
Hemmm tentu paket lengkap buat mendeskripsikannya.
Mulai mukanya penampilannya, perilakunya. Apalagi senyumnya juga kita dapat melukiskannya dengan jelas. Mengapa dapat semacam itu?
Kuncinya sebab*SUKA*



Jangan menulis suatu yang tidak kita gemari. Ibaratnya bila Kamu tidak menggemari minum kopi, jangan memforsir minum kopi. Tentu tidak hendak menggambarkan kopi itu secara obyektif bukan?
Intinya tulis suatu yang kita gemari. Jangan menulis sebab terpaksa. Ingat tulisan yang ditulis dengan terpaksa cuma hendak berbentuk rangkaian huruf tanpa nyawa.

Kosong, bisu serta tidak membekas di hati pembaca Menulis merupakan soal perasaan. Tidak lumayan cuma pengetahuan, seseorang penulis wajib mempunyai uraian. Uraian diawali dari menguasai diri sendiri baru menguasai orang lain.

Penulis yang memiliki rasa hendak jadi sensitif serta sanggup menangkap banyak perihal. Dampak ke tulisan, tulisannya hendak jadi lebih dalam serta bisa dimaknai oleh pembaca sebab memegang pembaca. Dengan mengaitkan rasa, penulis hendak merasakan pengalaman keterlibatan suatu yang menggelegak dari dalam dirinya serta perihal itu setelah itu hendak ditangkap oleh pembacanya. Merasa tidak?

Menulis merupakan seni. Seni merupakan keelokan. Seni merupakan kreativitas. Seni pula dapat berarti jalur. Dengan seni, penulis mempunyai jalur yang otentik di dalam karya- karyanya yang susah ditiru oleh orang lain. Jadi perihal ini merupakan suatu karakteristik khas mendalam dari penulis.


4. Jangan Mengharap Pujian. 

UNTUK APA KITA MENULIS? 

Jika kita menulis hanya karena pujian, orientasi kita bukan pada segi manfaat tulisan kita. 
Tapi semata mata karena ingin dipuji. 
Dan saat tulisan kita sepi dari pujian maka kita akan badmood bahkan malas untuk menulis.


Berbeda dengan jika menulis semata2 karena ibadah ingin menebarkan sesuatu yg menghibur, yg bermanfaat. Dipuji atau tanpa dipuji kita akan terus melaju dengan tulisan kita.



5. Who dan do. 

Who artinya kenali siapa yang akan membaca tulisan kita. 
Jika kita ingin tulisan kita mengena pada remaja maka posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari gaya bahasa, topik dan hal- hal yang lagi digandrungi remaja. 
Jadikan diri bpk/ibu sebagai pembaca. 

*Do* artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca. Dengan harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan sesuai tujuan tulisan kita.




6. READ AND READ. 
Seorang penulis hendaknya suka membaca. 
Ibarat kendaraan maka membaca adalah bahan bakar seorang penulis. Dengan membaca kita akan kaya akan ide, bahasa dan bahsn menulis.





Dikutip dari Rencanamu.id (24/09/18), hasil dari penelitian Stephen D. Krashen dalam bukunya yang berjudul Writing: Research, Theory, and Application, bahwa ada hubungan antara kegiatan membaca dan menulis. Responden yang merupakan para penulis itu ternyata gemar membaca sejak kecil dan mengaku sudah terbiasa menulis sejak masih sekolah.

Jadi, semakin banyak seseorang membaca, wawasan dan pengatahuannya pun akan semakin luas, sehingga memiliki banyak referensi atau ide untuk menulis. Dengan kata lain, tiap kalimat yang dituliskan akan mengalir mudah, karena sudah mempunyai bekal informasi.



7. JUJUR

Mulutmu bisa berbohong tapi tulisanmu tidak. 

kata orang apa yang tertulis tak mampu berbohong bahwa tulisan adalah isi hati penulis, saat matamu bisa berbohong maka tulisanmu tidak, artinya tulisan kita adalah gambaran dari kita


8. Konsisten. 

Poin yang ke 8 ini sangat mudah dikatakan tapi susah dilakukan. 
Ibarat berjalan selalu ada karang yang menghadang
Angin badai menerpa, meruntuhkan kesadaran
tapi yakinlah itu semua hanya kerikil tajam sandungan
Kan memperkokoh genggaman tangan dalam satu TUJUAN yakni menjadi penulis


Saat lelah mendera, pikiran buntu, atau *writer block* menyerang istirahatlah. Tapi setelah itu ayunkan kaki lebih tinggi.


Tulisan yang dibuat dengan hati akan sampai pada hati pula. 
Tulisan itu akan membius dan membekas dihati pembacanya


Saat tulisan kita memiliki soul, maka tulisan itu tidak akan membosankan. Melekat dalam ingatan.



1. Lebih menyentuh pembaca

Tulisan yang dihasilkan dari luapan emosi, akan lebih menggugah pembaca. Sebaiknya tulisan yang datar, akan terasa membosankan.

Saat menulis, Anda tidak hanya memproduksi kata-kata, namun Anda tengah memproduksi rasa. Maka hadirkan perasaan dan emosi positif saat menulis. Instal dalam diri Anda emosi positif sehingga membanjiri diri Anda selama proses menulis. Emosi positif ini akan membimbing untuk terus menerus mengeluarkan kata-kata. Coba rasakan tulisan Anda yang terbimbing oleh emosi positif, pasti sangat berbeda dengan apabila tulisan terbimbing oleh emosi negatif.


2. Ketika kita sedang menulis sebuah novel sepenuh jiwa, maka tulisan tersebut akan memiliki nyawa dan seolah-olah bisa dirasakan secara nyata oleh pembaca. Kita pasti pernah membaca sebuah buku yang membuat kita merasa masih larut dalam cerita meskipun sudah selesai membacanya? Bisa jadi penulis buku tersebut sangat menjiwai tulisannya.


3. Lebih mudah menyusun cerita. 

Tentu kita pernah merasakan _Writer Block._ Tak ada ide menulis. 
Jangankan menulis paragraf. Membuat kalimat saja kadang tak terangkai. 
Maka cobalah menulis dengan hati. 

Tulis semua yang ada disekeliling kita, rasakan dengan indera kita. 
Tulis saja, tanpa mengindahkan kaidah penulisan. 
Tulis seolah kita berbicara. 
Menulislah dengan berbagi rasa lewat abjad, dan menyentuh hati pembaca lewat tulisan.

Bandingkan dua tulisan ini 
Contoh menulis melibatkan hati dan tidak melibatkan hati

1. Hari ini hujan turun dengan lebat. Budi sang penjual koran duduk kedingian di trotoar dengan menahan rasa lapar. 

2. Awan mendung terlihat menghitam, suara tetesan hujan semakin menderas. Sesekali terdengar cahaya kilat dan suara petir memekakkan telinga. Si budi kecil penjual koran, menggigil dalam beku. Matanya perih menahan tetesan hujan. Mulutnya membiru, seakan membeku. tangan dan kakinya kelu dan lunglai menahan lapar seharian. Tuhan berikan rezeki untuk bisa kumakan hari ini pintanya syahdu memandang awan kelabu.

Contoh no 2 tentu lebih menyentuh dan ngena karena di tulis sepenuh hati, beda dengan nomor 1 yang terasa datar

Ada juga keseruan di pertemuan kali ini yaitu narasumber memberikan tantangan kepada peserta KBMN untuk menuliskan cerita singkat tentang situasi gambar berikut:

Deskripsi gambar dari pak Abdikhair

Kedua netraku terasa memanas saat melihat sosok kecil itu berbaring di pinggir jalan beralaskan robekan plastik seadanya. Gelas minuman bekas di samping tubuh kecilnya membuat hatiku berdebar cepat tak karuan. Aku berjalan mendekat, merogoh saku dan mengeluarkan selembar rupiah untuknya. Kulihat matanya terpejam dan mulutku masih tertutup rapat tak bisa mengucapkan apapun untuknya saat kurasakan  tubuhku mulai bergetar karena wajah damainya.

Deskripsi gambar dari Samsul Huda

hari yang terang lalu lalang manusia melakukan aktivitas.  langkah-langkah kaki terdengar ramai di sebuah trotoar. disitulah tempat bernaung seorang anak gelandangan beratapkan awan. anak kecil itu menggenggam botol bekas mengharap kasihan. di tengah tidurnya karena lelah ada dermawan yang memberi rezeki untuk sekedar makan menyambung hidupnya.

Deskripsi gambar dari Mayarina
Sedari tadi aku meminta belas kasih orang yang lalu lalang di trotoar jalanan protokol ini. Namun tak satupun yang singgah menyapa botol Aqua gelas ku ini, lama ku nantikan akhirnya lelah mataku ini tak dapat menahan kantuk efek kosong  lambung yang berakibat  menjerit perih. Hanya ada gas yang memenuhinya. Hingga akhirnya akupun terlelap dalam mimpi bertemakan kehausan dan kelaparan.



Demikianlah materi dari narasumber kita malam ini. Sangat bermanfaat dan menginspirasi kita. Mengulas habis trik dan kiat *Writing by Heart* dan cara membuat resume yang baik.
Semoga memacu kita untuk berprestasi mengikuti beliau yang Rruarr Biasaahh.

 Pada sesi tanya jawab terkumpul beberapa pertanyaan diantaranya:


From bu Aripa dari Muaro Jambi, izin bertanya.

saya rasa semua tulisan dimulai dari hati, jika hati tidak ikut di dalam tulisan maka pembaca tidak dapat apa yang mereka inginkan dari apa yang di baca?... benarkah seperti itu bu?... atau hanya perasaan saya saja?...

Waalaikum salam bunda Aripa dari Muaro Jambi salam kenal sy dari Lubuk Linggau tetanggan kita🤭
 Betul sekali bunda seperti yg telah dibahas di atas.


Selamat malam,
 Soleh dari Jakarta

Pertanyaan:
1. Dalam menulis dengan hati, kita menulis sesuka hati kita (Idealis) atau menulis yang pembaca sukai (realistis)?

2. Untuk tulisan di buku, artikel di media cetak atau elektronik, lebih baik mengikuti selera pembaca atau kemauan hati kita dalam menulis?



Waalaikum salam pk Soleh

Menulis bisa saja mengikuti idealisme diri 
Apa yang kita inginkan 

Namun ketika kita ingin lebih banyak manfaat 
Maka Menulis apa yang banyak dibutuhkan oleh orang lain


1. Dalam menulis tergantung pada tujuan kita menulis. Apakah tulisan kita untuk menyalurkan hasrat hati kita, ataukah kita ingin tulisan kita laku dan di gemari pembaca. Semua kembali pada diri kita masing-masing

2. Kalau tujuan kita untuk komersil dan memperkenalkan tulisan kita di khayalak. Maka tulis sesuatu yg disukai pembaca. Gali dan kembangkan sesuatu yg disukai itu sesuai hati kita.

 Maya Rina dr SMP N 1 kisaran. 
As.....Saat tulisan kita memiliki soul maka tulisan kita TDK akan membosankan. Demikian yang saya simak dari pemaparan materi mbak tadi. Mohon penjelasan makna kalimat soul mbk. Trmksh.

Selamat malam bu Maya Rina 

Soul itu jiwa. 
Jadikan tulisan kita berjiwa dan bernyawa. Jangan hanya tulisan kaku, mati, dan tak bernyawa. 
Sertakan ruh di dalamnya. Sehingga seolah tulisan kita berbicara, mendengar, bergerak dan bersuara

Closing statmen dari narasumber .



Semoga ilmu yang dicurahkan bermanfaat . Kami sangat berterima kasih kepada Tim KBMN 29 yang telah berusaha payah mengatur kegiatan ini. Semoga amal kebaikan bapak  dan ibu di balas Yang Maha Kuasa. Amin ...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seru seruan dengan pantun

 Pagi-pagi ibu menganyam  dengan menggunakan bantuan kayu  roti jala kari ayam  makanan khas anak Melayu Ada buah di pohon asem  musang terbang lalu berenang  mari makan ikan gulai asam  perut kenyang hati pun senang Jalan-jalan ke parsam pulangnya ketemu  Nek Sutik kalau senang dengan gulai masam  Tubuh sehat dan tambah cantik Kuda berlari jauh di depan Kakaek duduk bersama bibi Awali hari dengan sarapan Sarapan yang enak dengan serabi Lagi galau enaknya jalan jalan Ibu hamil ngidamnya masam Kalau  mau  lancar bayar cicilan  Rutinkanlah makan gulai asam. Jalan jalan ke jam gadang Santai di villa malamnya  Sajian istimewanya gulai  randang Air mata pengantin minumannya Jalan jalan ke kota Padang Pulang pulang badan lebam Jauh berjalan  banyak dipandang Balik ke rumah teringat ikan sombam Jalan jalan ke kota Rembang Pulangnya ketemu Pak Ardi Kalau adik sayang Abang Belikan dulu Abang serabi Kelapa hijau di tepi semak Induk kala  di tanah gurun Enak sekali si nasi lomak Makanan Melayu tu

Writing is My Passion

Rabu, 21 Juni 2023 KBMN: 29 Resume ke-2 Moderator: Sigit PN, SH Narasumber: Sri Sugiastuti, M.Pd Pernahkah kita melakukan sesuatu dengan penuh semangat, penuh cinta dan tak mengharapkan imbalan? Ya itu adalah passion atau renjana. Bisakah kegiatan menulis menjadi  passion bagi kita?  kenapa tidak. Bersama ratu antologi, Bunda Sri Sugiastuti atau biasa di panggil bunda Kanjeng kita akan membangkitkan renjana dalam diri kita untuk menulis. Topik inilah yang lebih kurang 2 jam di bahas kemaren malam bersama ibu narasumber Sri Sugiastuti, M.Pd. Sri Sugiastuti, lahir di Semarang, 8 April 1961. Beliau lulus SMA tahun 1980. Kuliah di UNS, lanjut S-2 di UMS dan lulus tahun 2010. Beliau sempat mengajar di Jakarta hingga 1990. Namun, cinta dan tanggung jawab beliau terhadap keluarga membawanya hijrah ke Solo.  Sejak 2 Juli 2018, beliau mendapat amanah sebagai Kepala SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Beliau aktif di berbagai komunitas literasi, telah menghasilkan 51 karya bukuSolo dan seratus le

Kaidah Pantun

 KBMN 29 Pertemuan ke-13 Moderator: Gina Dwi Septiani, S.Pd,M.Pd Narasumber: Miftahul Hadi, S.Pd      Malam ini sangat berkesan karena saya mendapat petunjuk dari fakarnya tentang kaidah membuat pantun. Awalnya saya kira berpantun ini cukup mudah, karena kadang mendengar pembawa acara  dengan gampangnya merangkai kata. Ternyata membuat pantun sedikit lebih sulit dari yang saya duga. Selain untuk komunikasi sehari-hari, pantun juga dapat digunakan dalam Sambutan pidato, menyatakan perasaan, lirik lagu, perkenalan maupun berceramah/dakwah. Fungsi pantun antara lain: 1. Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. 2. melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. 3.menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. 4.sebagai alat penguat penyampaian pesan.  Salah satu ciri khas pantun  adalah Rima. Pada kelas malam ini narasumber sengaja mengenalkan Rima. Ada Rima belakang atau Ri