Langsung ke konten utama

Kaidah Pantun

 KBMN 29

Pertemuan ke-13

Moderator: Gina Dwi Septiani, S.Pd,M.Pd

Narasumber: Miftahul Hadi, S.Pd


    Malam ini sangat berkesan karena saya mendapat petunjuk dari fakarnya tentang kaidah membuat pantun. Awalnya saya kira berpantun ini cukup mudah, karena kadang mendengar pembawa acara  dengan gampangnya merangkai kata. Ternyata membuat pantun sedikit lebih sulit dari yang saya duga. Selain untuk komunikasi sehari-hari, pantun juga dapat digunakan dalam Sambutan pidato, menyatakan perasaan, lirik lagu, perkenalan maupun berceramah/dakwah.

Fungsi pantun antara lain:

1. Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.

2. melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.

3.menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

4.sebagai alat penguat penyampaian pesan.

 Salah satu ciri khas pantun  adalah Rima. Pada kelas malam ini narasumber sengaja mengenalkan Rima. Ada Rima belakang atau Rima akhir saja. ( Agar bapak ibu memahami dengan betul apa itu pantun)

Ada macam -macam Rima antara lain (Rima tengah dan akhir, Rima awal, tengah dan akhir serta Rima lengkap.

Untuk kaidah pantun memang harus bersajak A-B-A-B. Bisa saja pantun bersajak A-A-A-A, namun itu akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri.

Trik untuk mudah menulis pantun

1. Cermati ciri-ciri pantun

2. Sebelum mengenalkan pantun, perbanyak perbendaharaan kata. Carilah kata yang memiliki bunyi sama. Jika perbendaharaan kata sudah lumayan banyak, baru kita kenalkan pantun.

Contoh:

1. Tahu, bahu, perahu, suhu.

2. Baik, naik, Daik, asyik.

3. Cinta, pelita, kata, jelita, kota.

4. Datang, petang, batang, kentang.

5. Suka, cempaka, cuka, Malaka.


3.Jika  membuat pantun, usahakan menghindari penggunaan nama merk dagang, nama orang

4.Alangkah lebih baiknya jika dalam pantun memakai empat atau lima kata. Terkait jumlah suku kata yang akan di hasilkan 

5. Tips selanjutnya, dalam membuat pantun akan lebih mudah jika menulis baris ketiga dan keempat terlebih dahulu.

6.Usahakan dalam memilih kata untuk Rima, jangan hanya satu huruf akhir yang sama bunyinya. Minimal dua atau tiga huruf.

Berikut beberapa definisi mengenai pantun.Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)

Pantun termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020)

Berdasarkan definisi di atas, mari kita kenali ciri-ciri pantun,syair dan gurindam berikut ini.


Contoh pantun

Biji selasih jangan dimakan,

Batang tebu akar seruntun,

Terimakasih saya ucapkan,

Bapak ibu kelas kaidah pantun.


Pergi berkelah menjaja katun,

Saudagar Arab di tengah pekan,

Segala madah telah disusun,

Salah dan khilaf mohon dimaafkan.


Kain sutra berjejer dengan katun

Akar keladi di dalam tanah

Apa tanda insan yang santun

Akal diisi ilmu berguna


Jenis karya sastra lain yang mirip dengan pantun adalah sajak dan gurindam.

Persajakan A-A-A-A (lihat bunyi akhirnya, memiliki bunyi yang sama)

Baris pertama, kedua, ketiga dan keempat isinya saling berhubungan.

Contoh sajak

Kutu ade di pale Bang Mumu,

Katanye gare gare makan duku.

Ku tak mau kehilanganmu,

Karna kau yang selalu ada di hatiku


Gurindam adalah Hanya terdiri atas dua baris. Memiliki hubungan sebab akibat.

Bersajak A-A

Contoh gurindam:

Jika selalu berdoa berdzikir,

Ringan melangkah jernih berpikir.

Demikianlah resume yang dapat saya tuliskan mengenai kaidah pntun, semoga bermanfaat, terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seru seruan dengan pantun

 Pagi-pagi ibu menganyam  dengan menggunakan bantuan kayu  roti jala kari ayam  makanan khas anak Melayu Ada buah di pohon asem  musang terbang lalu berenang  mari makan ikan gulai asam  perut kenyang hati pun senang Jalan-jalan ke parsam pulangnya ketemu  Nek Sutik kalau senang dengan gulai masam  Tubuh sehat dan tambah cantik Kuda berlari jauh di depan Kakaek duduk bersama bibi Awali hari dengan sarapan Sarapan yang enak dengan serabi Lagi galau enaknya jalan jalan Ibu hamil ngidamnya masam Kalau  mau  lancar bayar cicilan  Rutinkanlah makan gulai asam. Jalan jalan ke jam gadang Santai di villa malamnya  Sajian istimewanya gulai  randang Air mata pengantin minumannya Jalan jalan ke kota Padang Pulang pulang badan lebam Jauh berjalan  banyak dipandang Balik ke rumah teringat ikan sombam Jalan jalan ke kota Rembang Pulangnya ketemu Pak Ardi Kalau adik sayang Abang Belikan dulu Abang serabi Kelapa hijau di tepi semak Induk kala  di tanah gurun Enak sekali si nasi lomak Makanan Melayu tu

Writing is My Passion

Rabu, 21 Juni 2023 KBMN: 29 Resume ke-2 Moderator: Sigit PN, SH Narasumber: Sri Sugiastuti, M.Pd Pernahkah kita melakukan sesuatu dengan penuh semangat, penuh cinta dan tak mengharapkan imbalan? Ya itu adalah passion atau renjana. Bisakah kegiatan menulis menjadi  passion bagi kita?  kenapa tidak. Bersama ratu antologi, Bunda Sri Sugiastuti atau biasa di panggil bunda Kanjeng kita akan membangkitkan renjana dalam diri kita untuk menulis. Topik inilah yang lebih kurang 2 jam di bahas kemaren malam bersama ibu narasumber Sri Sugiastuti, M.Pd. Sri Sugiastuti, lahir di Semarang, 8 April 1961. Beliau lulus SMA tahun 1980. Kuliah di UNS, lanjut S-2 di UMS dan lulus tahun 2010. Beliau sempat mengajar di Jakarta hingga 1990. Namun, cinta dan tanggung jawab beliau terhadap keluarga membawanya hijrah ke Solo.  Sejak 2 Juli 2018, beliau mendapat amanah sebagai Kepala SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Beliau aktif di berbagai komunitas literasi, telah menghasilkan 51 karya bukuSolo dan seratus le