Langsung ke konten utama

Mengatasi writer's Block


 KBMN PGRI ke-29

Pertemuan ke-7

 Moderator : Ahmad Fatcudin

Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr

Profil narasumber

Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Wanita kelahiran tahun 1990 ini menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, anak kedua dari pasangan Dastewi, S.Pd. dan Tia Makmur Setiana, S.Pd. ini juga aktif di bidang literasi. 


Riwayat pendidikan :

SDN Cipeundeuy Subang (1996-2002)

SMPN 1 Cipeundeuy Subang (2002-2005)

SMAN 1 Purwakarta (2005-2008)

Pendidikan Kimia UPI (2008-2012)

PPG Daljab A3 UNM( 2020)

Topik malam ini begitu menarik perhatian saya.

Yakni mengatasi writer''s Block.

Meski mudah dan banyak orang yang bisa menulis, masalahnya ... terkadang para penulis itu terkena *WB, alias _writer's block_,* suatu kondisi dimana ide menulis seolah menguap, penulis mengalami pelambatan dalam menulis, serta berbagai kondisi lain yang membuat tulisan kita tak kunjung menemukan titik akhirnya alias tak selesai.

Dalam Wikipedia _writer's block_ diartikan sebagai sebuah keadaan ketika penulis merasa kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya.

 Kondisi ini (terserang WB) jika dibiarkan, bisa berakibat fatal bagi penulis: tidak lagi produktif menulis.

Seperti flu yang bisa menyerang setiap manusia yang hidup di bumi, WB juga bisa menyerang siapa pun.


Penulis senior maupun junior, profesional atau belum, dan di segala bidang menulis (novelis, cerpenis, kolumnis, _script writer_, _ghost writer_, dsb, *semuanya bisa terkena WB

Nah masalah lainnya ada di pertanyaan "Sebetulnya berapa lama seseorang bisa terkena WB?"

Seperti kata Pak Fatch, berapa lama kita bisa terserang WB? Jawabannya akan kembali pada diri kita sendiri. Seberapa cepat kita bergerak untuk menanggulangi virus WB yang menyerang kita?*

 Jika diperhatikan, sebetulnya obat WB itu sederhana.Dengan *mengaktifkan kelima panca indera kita*

Beri jeda sejenak untuk refresh. Mesin saja kalau dipakai terus menerus bisa rusak toh?

Oleh karena itu, jika sedang terkena WB, mari jeda sejenak untuk melakukan berbagai aktivitas yg bisa meningkatkan mood kita.

Aktivitas membaca, mendengar, melihat,  bisa memberi inspirasi baru untuk kita.

 Jika penyebab kita terkena WB adalah karena merasa takut misalnya, mendengar musik relaksasi mungkin dapat membantu.

Jika penyebab terkena WB terlalu perfeksionis, ingatlah bahwa terlalu perfeksionis itu bisa membunuh kreativitas

 Jika lelah fisik dan mental, maka siapkan sebaik mungkin tempat kita menulis.

 Dalam sebuah workshop ttg menulis bahkan disebutkan, posisi duduk pun bisa berpengaruh terhadap produktivitas menulis.

 Hilangkan semua distraksi saat menulis. Misal jika suka liat HP, chat, dsb, saat menulis ya jauhkan dulu.

Anda juga bisa belajar konsisten menggunakan alat yang sama dalam menulis (kaitannya dg produktivitas) . Jika terbiasa menulis tangan, ya tulis tangan saja dl. Baru kemudian diketik. Jika terbiasa di HP, ya konsisten saja dl di hape. Menggunakan alat alat baru terkadang membutuhkan waktu lebih untuk sekedar beradaptasi kembali

Ibu Bapak juga bisa mencoba teknik menulis *free writing* atau *menulis ekspresif*

Free writing itu menulis yang mengespingkan terlebih dahulu aturan ketatabahasaan

 Sementara menulis ekspresif lebih ke menuangkan apa pun yang ada dalam hati atau pikiran kita. Ini juga sering disarankan para psikiater untuk menangani pasiennya

Saat sedang buntu, coba deh tulis "Duh, kok hari ini buntu banget ya. Mau nulis susah gak punya ide ... dst." Kemudian bagi ibu Bapak yg sering lelah fisik, ayo pastikan tetap cukup istirahat. Cukup istirahat membuat pikiran kita segar dan tajam saat menulis. Lebih baik bangun lebih pagi daripada begadang.

 Bisa itu karena biasa. Tingkatkan saja jam terbang menulisnya, insya Allah tulisan kita akan semakin baik dari waktu ke waktu. Seperti kata Omjay, menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.


 Inilah pentingnya membuat *kerangka tulisan*. Sekelas Dee Lestari pun, selalu membuat kerangka tulisan terlebih dahulu. Berisi garis besar/ide pokok dari setiap cerita yang akan  dituangkan. Bahkan kerangka tulisannya bisa sampai sepenuh satu papan tulis loh

Jadi, mari biasakan buat kerangka tulisannya terlebih dahulu. Minimal, dg menuliskan ide pokok dari setiap bagian tulisan kita.

Jika sudah begitu, mau lanjut atau jeda dulu dengang yg lain, kita masih tetap bisa menyelesaikan tulisan kita.

Kalau diary lebih ke menulis ekspresif ya, karena dalam diary kita biasanya menuangkan "emosi". Ini salah satu manfaat menulis yg bisa jadi self healing

Oh iya dalam menulis ekspresif, semarah apa pun, sesedih apa pun, cobalah untuk menuangkannya. Tapi bijak dalam memilih mana yg bisa dipublish dan mana yg tidak.

Semoga resume ini bermanfaat buat saya dan yang membacanya ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seru seruan dengan pantun

 Pagi-pagi ibu menganyam  dengan menggunakan bantuan kayu  roti jala kari ayam  makanan khas anak Melayu Ada buah di pohon asem  musang terbang lalu berenang  mari makan ikan gulai asam  perut kenyang hati pun senang Jalan-jalan ke parsam pulangnya ketemu  Nek Sutik kalau senang dengan gulai masam  Tubuh sehat dan tambah cantik Kuda berlari jauh di depan Kakaek duduk bersama bibi Awali hari dengan sarapan Sarapan yang enak dengan serabi Lagi galau enaknya jalan jalan Ibu hamil ngidamnya masam Kalau  mau  lancar bayar cicilan  Rutinkanlah makan gulai asam. Jalan jalan ke jam gadang Santai di villa malamnya  Sajian istimewanya gulai  randang Air mata pengantin minumannya Jalan jalan ke kota Padang Pulang pulang badan lebam Jauh berjalan  banyak dipandang Balik ke rumah teringat ikan sombam Jalan jalan ke kota Rembang Pulangnya ketemu Pak Ardi Kalau adik sayang Abang Belikan dulu Abang serabi Kelapa hijau di tepi semak Induk kala  di tanah gurun Enak sekali si nasi lomak Makanan Melayu tu

Writing is My Passion

Rabu, 21 Juni 2023 KBMN: 29 Resume ke-2 Moderator: Sigit PN, SH Narasumber: Sri Sugiastuti, M.Pd Pernahkah kita melakukan sesuatu dengan penuh semangat, penuh cinta dan tak mengharapkan imbalan? Ya itu adalah passion atau renjana. Bisakah kegiatan menulis menjadi  passion bagi kita?  kenapa tidak. Bersama ratu antologi, Bunda Sri Sugiastuti atau biasa di panggil bunda Kanjeng kita akan membangkitkan renjana dalam diri kita untuk menulis. Topik inilah yang lebih kurang 2 jam di bahas kemaren malam bersama ibu narasumber Sri Sugiastuti, M.Pd. Sri Sugiastuti, lahir di Semarang, 8 April 1961. Beliau lulus SMA tahun 1980. Kuliah di UNS, lanjut S-2 di UMS dan lulus tahun 2010. Beliau sempat mengajar di Jakarta hingga 1990. Namun, cinta dan tanggung jawab beliau terhadap keluarga membawanya hijrah ke Solo.  Sejak 2 Juli 2018, beliau mendapat amanah sebagai Kepala SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Beliau aktif di berbagai komunitas literasi, telah menghasilkan 51 karya bukuSolo dan seratus le

Kaidah Pantun

 KBMN 29 Pertemuan ke-13 Moderator: Gina Dwi Septiani, S.Pd,M.Pd Narasumber: Miftahul Hadi, S.Pd      Malam ini sangat berkesan karena saya mendapat petunjuk dari fakarnya tentang kaidah membuat pantun. Awalnya saya kira berpantun ini cukup mudah, karena kadang mendengar pembawa acara  dengan gampangnya merangkai kata. Ternyata membuat pantun sedikit lebih sulit dari yang saya duga. Selain untuk komunikasi sehari-hari, pantun juga dapat digunakan dalam Sambutan pidato, menyatakan perasaan, lirik lagu, perkenalan maupun berceramah/dakwah. Fungsi pantun antara lain: 1. Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. 2. melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. 3.menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. 4.sebagai alat penguat penyampaian pesan.  Salah satu ciri khas pantun  adalah Rima. Pada kelas malam ini narasumber sengaja mengenalkan Rima. Ada Rima belakang atau Ri